PESTA WAYANG 2023 Dewa Ruci: “Mawayang hayu eksistensi dan konservasi” Di tengah-tengah era digital dan modern saat ini menjadi tantangan jaman bagi karya seni klasik yang dikerjakan secara konvensional dan tradisional. Satu sisi kebutuhan ekonomi menuntut manusia untuk bertahan hidup, gaya hidup menuntut manusia untuk mempertahankan gengsi, namun ada karakter bangsa yang harus dipertahankan. Bagaimana dunia pewayangan saat ini? Wayang merupakan salah satu pilar utama seni budaya bangsa Indonesia yang Adiluhung. Dalam wayang mengandung pelajaran, fatwah, dan simbol-simbol yang menjadi nilai hidup dan moral bangsa Indonesia,terutama masyarakat Jawa.
Sehingga pada tanggal 7 November 2013 UNESCO menetapkan wayang sebagai warisan dunia tak benda. Latar belakang penetapan Hari Wayang Nasional 7 November berdasarkan keputusan UNESCO yang menetapkan wayang sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity’ pada 7 November 2003. Sedangkan penetapan Hari Wayang Nasional melalui Keppres 30 Tahun 2018. Hari Wayang Nasional menjadi momentum puncak kesadaran, persatuan, kecintaan masyarakat Indonesia dalam melestarikan, mengembangkan serta mengkaji wayang dalam rangka untuk mewujudkan kebudayaan nasional yang dinamis dan modern. Dalam peringatan tersebut dipandang penting untuk menyelenggarakan pelaksanaan peringatan Hari Wayang Nasional dan Dunia, maka Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan dalam peringatan Hari Wayang Nasional dan Dunia yang terbagi dalam beberapa bentuk kegiatan.
Hal ini sebagai bentuk partisipasi HiMa WIRYA Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta dalam menjaga warisan dunia yaitu Wayang. Diharapkan kegiatan ini juga dapat terlaksana tepat sasaran dan berdampak langsung bagi peserta. “Pesta Wayang sebagai tajuk dalam agenda kegiatan wayang tahun ini diharapkan akan memberikan ruang yang luas untuk wayang bisa dipahami dari berbagai lapisan masyarakat. Wayang tidak hanya dinikmati sebagai suguhan untuk edukasi saja, namun juga sebagai media krativitas yang bebas luas untuk mengekspresikan ide gagasan sehingga tercipta kondisi yang tidak kaku.” kata Junende Rahmawati, M.Sn. Kaprodi Kriya Kulit sekaligus sebagai penanggung jawab acara Pesta Wayang 2023 yang disampaikan disela kegiatan di Kampus AKN Seni dan Budaya, Jalan Parangtritis Yogyakarta. Banyak keluhan berkurangnya seniman maupun pengrajin wayang yang tidak mampu menciptakan kader generasi penerus, permintaan yang dianggap mulai berkurang, minat pertunjukan yang kurang mendapat popularitas. Menjadi sebuah tantangan bagi pihak yang senang dan ingin lebih dalam masuk dalam dunia seni klasik utamanya wayang. Kekakuan karakter sebagai label pakem menjadi kendala yang menjadi problematic sampai saat ini.
Akankah wayang
tetap bertahan di negeri ini? Bisa, salah satunya adalah dengan membentuk popularitas yang menghargai wayang
secara luas dengan sudut pandang yang berbeda, diharapkan bangsa ini mulai menghargai keberagaman kreativitas
tanpa menghakimi idealis masing-masing seniman.
“Tokoh Dewa Ruci yang diangkat menjadi tokoh utama pada agenda hari wayang kali ini menjadi idola yang
menyampaikan pentingnya kembali pada hakekat jati diri bangsa ini. Kata kunci “mawas diri” menjadi karakter tauladan
kehidupan bangsa ini.” imbuh Junende.
Dengan kembalinya jati diri bangsa, setiap insan berbangsa dan bertanah air akan mengenal jati dirinya. Tidak lagi
menganggap bahwa bangsa kita miskin hingga akhirnya kita bisa membusungkan dada dimanapun kita berada dan
dalam kondisi apapun.