Bertepatan dengan perayaan Puncak Milad ke-18, Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH) meresmikan Gedung Pediatric Tower Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu Rumah Sakit JIH, Senin (16/9/2024).
Peresmian ini merupakan salah satu mimpi besar dan komitmen RS JIH Yogyakarta untuk meningkatkan pelayanan anak secara komprehensif yang terpusat dalam satu gedung dengan didukung oleh tenaga medis professional, dokter spesialis dan dokter sub spesialis anak, beserta fasilitas lainnya.
Presiden Direktur RS JIH Yogyakarta, dr. Sari Kusumastuti, Sp.A mengatakan, gedung pediatric menjadi salah satu upaya agar pasien anak nyaman dan tidak terlalu lama mengantri ketika ingin berkonsultasi dengan dokter.
Berbagai keluhan masalah kesehatan pada pasien anak yang berkonsultasi ke RS JIH adalah batuk pilek (bapil), masalah pencernaan, hingga masalah genetik bawaan lahir.
Menurutnya, banyak faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pada bayi yang baru lahir. Salah satunya adalah masalah yang berasal dari kedua orangtua sehingga perlu dicari faktor resikonya terlebih dahulu.
"Kemudian itu biasanya karena genetik ya, kemudian kelainan-kelainan infeksi semacam itu banyak juga terjadi," ujarnya usai soft opening Gedung Pediatric di RS JIH Yogyakarta.
Sari menambahkan, kasus pasien anak di RS JIH setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah kasus pasien anak sepertiga atau 35 persen dari jumlah kasus pasien rawat jalan dewasa.
Ia mengimbau, setiap pasangan yang ingin memiliki anak agar lebih peduli dengan masalah kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan lebih dini sebelum menikah sehingga bisa dipastikan bahwa anak yang dikandung dalam keadaan yang sehat.
"Bayi yang dikandung bisa dikenali lebih dulu apakah si bayi ini ada kelainan atau tidak, sehingga ada tindak lanjut yang akan diberikan pada waktu masa ibu hamil," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sari menjelaskan terkait adanya virus monkey pox yang bisa menyerang ibu dan anak, sampai saat ini RS JIH belum menangani kasus penyakit tersebut. Meski demikian, ia selalu melakukan screening untuk upaya antisipasi.
Screening yang dilakukan untuk kasus monkey pox ini adalah dengan mengenal terlebih dahulu tanda-tanda awal gejala penyakit yang menyerang kelompok beresiko tinggi sesuai instruksi dari Dinas Kesehatan yang kemudian perlu dilaporkan segera.
"Kami sosialisasi pada teman-teman di lapangan, di UGD, teman-teman dokter anak untuk waspada. Di kolegium kami, kami juga mendapatkan sosialisasi mengenai monkey pox itu," imbuhnya.
(Retjo Buntung/Icha Dara)
